LAPORAN BACAAN:
Pada zaman golbalisasi ini tuntutan untuk menjadi maju adalah suatu keharusan, seiring dengan terus berkembangnya teknologi yang semakin canggih. Televisi sebagai salah satu hasil dari sebuah perkembangan teknologi pada saat ini, sangat memegang peranan atau sangat dibutuhkan oleh setiap orang, sebagai sarana pendidikan, sebagai sarana pengetahuan tentang kebudayaan, dan sebagai sarana hiburan. Melihat besarnya minat orang dalam dunia ini menjadikan bisnis di bidang ini adalah bisnis yang mennjanjikan.
Penulis mengambil buku ini sebagai referensi karena penulis mencoba melihat bagaimana peluang pasar dalam bisnis perfilman ini. Penulis juga membuat laporan bacaan ini adalah sebagai pelengkap tugas mata kuliah Pk. Menulis.
IDENTITAS BUKU
1. Judul : Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video
2. Pengarang : P.C.S. Sutisno
3. Penerbit : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
4. Tahun terbit : Jakarta, 1993
5. Tebal : 134 halaman
6. Cetakan : Pertama
RINGKASAN BUKU
1. PENERTIAN, KARAKTERISTIK, DAN SEJARAH MEDIA TELEVISI
1.1 Pengertian Televisi
Kata televisi terdiri dari kata tele yang berarti “jarak” dalam bahasa Yunani dan kata visi yang berarti “citra atau gambar” dalam bahasa Latin. Jadi, kata televisi berarti system penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh.
Proses penyajian gambar dan suara tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, gambar dan suara (objek) direkam melalui kamera dan mikrofon. Selanjutnya ditransformasikan melalui getaran elektromagnetis (jenis getaran audio dan video). Setelah diperkuat kemudian dimodulasikan menjadi gelombang radio dengan frekuensi tinggi yang disebut Very High Frequency (VHF) dan Ultra High Frequency (UHF) dan dipancarkan ke udara melalui system pemancar atau transmisi. Setelah masuk ke dalam pesawat penerima, gelombang UHF dan VHF itu ditransformasikan menjadi bentuk bayangan gelap dan terang berupa garis-garis. Bentuk inilah yang tampak sebagai gambar yang diiringi suara di layar televisi.
Untuk penyiaranya atau transmisi dipergunakan saluran atau channel yang berbeda di setiap Negara. Penyiaran sinya suara menggunakan sistem modulasi frekuensi (frequency Modulation atau FM system), sedangkan sinyal visual dipergunakan digunakan sistem modulasi amplitud (Amplitude Modulation atau AM system).
1.2 Karakteristik Media Televisi
Beberapa karakteristik media televisi adalah sebagai berikut.
- Memiliki jangkauan yang luas dan dapat segera menyentuh indera penglihatan dan pendengaran manusia.
- Dapat menghadirkan objek yang amat kecil atau besar, berbahaya, atau yang langka.
- Menyajikan pengalaman langsung kepada penonton.
- Dapat dikatakan “meniadakan” perbedaan jarak dan waktu.
- Mampu menyajikan unsure gerak, warna, bunyi, dan proses dengan baik.
- Dapat mengkoordinasi pemanfaatan media lain, seperti film, foto, dan gambar dengan baik.
- Dapat menyimpan berbagai data, informasi, dan serentak meyebarluaskannya dengan cepat ke berbagai tempat yang bejauhan.
- Mudah ditonton tanpa perlu menggelapkan ruangan.
- Membangkitkan perasaan intim atau media personal.
Selain kelebihan-kelebihan tersebut, media televisi juga mengandung kelemahan, yaitu sebagai berikut.
- Merupakan media satu arah, hanya mampu menyampaikan pesan, namun tidak bisa menyampaikan umpan balik secara cepat. Untuk mengatasi kelemahan ini, bisa digunakan media lain sebagai pelengkap. Misalnya, media cetak, telepon, dan komputer. Media yang mutakhir ialah suatu sistem yang disebut televisi atau video interaktif. Media ini terutama untuk keperluan pengajaran pelatihan.
- Layar pesawat penerima yang sempit tidak memberikan keleluasaan penonton. Hal ini karena hanya 80% objek mampu disajikan, sedangkan 20% adalah area lost dan siaran biasanya tak dapat diulangi kembali.
- Bingkai cahaya (flash) dan rangsang kedip cahaya (flicker) dapat merusak atau menggangu penglihatan penonton.
- Kualitas gambar yang dipancarkan lebih rendah dibandingkan dengan visual yang diproyeksi (film layar lebar).
- Berdasarkan karakteristik tersebut media televisi menyandang tiga fungsi yang batasan-batasanya tidak dapat dijelaskan secara tajam, yaitu sebagai wahana hiburan, penyebaran informasi atau penerangan, dan pendidikan.
1.3 Sejarah Singkat Televisi
Pada tahun 1962 seorang Italia yang bernama Abbe Casseli behasil menemukan sistem pengiriman gambar dengan listrik melalui kawat, untuk pengiriman gambar objek bergerak baru ditemukan oleh Paul Nipkow seorang rusia yang hidup di Jerman pada tahun 1884. tiga belas tahu kemudian, cathode ray tube, yaitu tabung sinar katoda mengalami penyempurnaan oleh Ferdinand Braun dari Universitas Starburg sehingga tabung katoda disebut juga tanbung Braun.
Pada tahun 1907 Profesor Boris Rosing dari Institut Teknologi Petersburg di Rusia menemukan dasar-dasar scanning elektronik tabung sinar katode untuk menguah getaran elektronik menjadi visual.
Pada tahun 1923-1929, John Logis Baird, yang kemudian dikenal sebagai bapak televisi Inggris, belum berhasil meningkatkan mutu televisi. Baru pada tujuh tahun kemudian baik di Inggris maupun di Jerman dilakukan percobaan-percobaan televisi dengan hasil 60-80 garis setiap bingkai gambar.
Pada tahun 1928 seorang murid professor Rosing dari RCA yang bernama Dr. Zworykin berhasil menemukan tabung kamera televisi inoscope. Kemudian Philo Fanworth menemukan tabung kamera image dissector dan menyempunakan cara-cara sinkronisasi elektronik. Tabung tersebut mulai mampu mentransformasikan visual menjadi sinyal elektronik. Pada tahun 1935 di perancis mulai diperkenalkan siaran televisi dengan hasil 180 garis setiap bingkai. Di Inggris, BBC mulai siaran dengan menggunakan sistem Marconi-EMI dengan 405 garis visual. Di Moskow dikembangkan siaran televisi dengan 240 dan 343 garis. Dalam pembukaan Pameran International di New York, 30 April 1939, AS mulai siaran dengan 441 garis.
Pada tahun 1955 British Broadcasting Corporation (BBC) berhasil mengembangka Video Tape Recorder (VTR) yang pertama.
Tepat 100 tahun saat Abbe Casseli menemukan alat-alat pengirim gambar, dimulailah siaran televisi yang pertama kali di Indonesia.
2. PROGRAM SIARAN TELEVISI DAN VIDEO
2.1 Komponen Sistem Televisi
Suatu jaringan kerja televisi merupakan satu sistem dengan komponen-komponen yang kompleks dan membuhkan biaya besar. Besarnya biaya bukan hanya saat investasi melainkan juga pada saat pengoprasian, pengembangan, dan perawatannya. Adapun komponen-komponen yang dimaksud ialah; (1) Studio pembuatan program, (2) peralatan dan perlengkapan produksi program, (3) stasiun penyiaran, (4) sistem satelit komunikasi, (5) stasiun bumi, (6) pesawat penerima siaran televisi.
2.2 Program Siaran Televisi
Setiap program televisi mempunyai sasaran yang jelas dan tujuan yang akan dicapai. Ada lima parameter yang harus diperhitungkan dalam penyusunan program siaran televisi, yaitu:
- Landasan filosofis yang mendasari semua program,
- Strategi penyusunan proram sebagai pola umum tujuan program,
- Sasaran program,
- Pola produksi yang menyangkut garis besar isi program,
- Karakter institusi dan manajemen sumber program untuk mencapai uasaha yang optimum.
Pola strategi prnyusunan program lebih menyangkut pada pola pencapaian tujuan program secara umum. Dalam hal ini ada tiga variabel yang perlu diperhatikan, yaitu:
- Memotivasi dan merangsang kesadaran sasaran program.
- Mengarahkan kesadaran tersebut ke arah garis pengembangan keseluruhan.
- Mengendalikan pengembangan untuk menyesuaikan dengan kondisi obyektif.
Karakterristik program dipolakan oleh sifat waktu, tempat, dan suasana. Setiap program memiliki karakter waktunya sendiri-sendiri, yaitu penempatan atau pengalokasian waktu siaran. Ada wakru prima, subprima, dan frekuensi waktu serta biaya waktu. Tempat sebuah program dalam siaran dapat dilihat dari dua segi, yaitu dari segi programatik dan segi penonton atau sasaran program. Sisi pertama berkaitan dengan kesesuaian alokasi proram dalan jadwal siaran, sisi kedua berhubungan dengan aspek geokultural sasaran program tersebar di seluruh negeri dan tradisi yang berlainan.
2.3 Pengadaan Proagram Siaran Televisi
Dalam suatu badan penyiaran televisi, selain fungsi oprasinoal transmisi, fungsi-fungsi eksekutif dan oprasional pengadaan program memerlukan penanganan yang dinamis dan berkesinambungan. Sementara itu, ruang lingkup kegiatan dan tanggung jawab antara fungsi esksekutif pemrograman (producer) dan fungsi oprasional pengadaan atau produksi program (director) meskipun berbeda namun tetap berkaitan.
Produser program adalah fungsi eksekutif yang berkaitan dengan pengadaan proram siaran. Dalam hal ini memunyai fungsi tanggung jawab sebagai berikut;
2.3.1 Menyediakan Proram Paket
untuk memperoleh program paket yang diperlukan, kegiatan yang biasa dilakukan oleh seorang produser adalah meliputi; (1) negosiasi dalam rangka meminjam, membeli, atau menyewa program, (2) melakukan seleksi dengan mengacu kepada kriteria dan pedoman yang telah ditetapkan, dan (3) melakukan penyesuaian berupa dubbing, pengisan teks, atau sensor.
2.3.2 memproduksi program sendiri
Dalam hal ini eksekutif program bertanggung jawab dalam; (1) mengembangkan ide dan mendciptakan gagasan atau ide program, (2) mencari dan mendayagunakan pakar, konsultan, dan narasumber program, (3) menyediakan skenario atau naskah yang siap produksi, termasuk hubungan industrial dengan penulis skenario, organisasi atau kelompok budayawan, dan seniman, (4) menyediakan dan produksi, dan (5) mengurus publikas dan jadwal proram.
3. PRODUKSI PROGRAM TELEVISI DAN VIDEO
Dalam produksi program televisi dan video ada elamen-elemen yang harus diketahui, yaitu:
- Kepala bagian produksi adalah manajer atau eksekutif yang bertanggung jawab atau pengasuh suatu jenis program siaran televisi mulai dari perencanan sampai tersedianya program televisi yang siap siar.
- Produser (Producer) program adalah penggungjwab atau pengasuh suatu jenis program siaran televisi.
- Director biasanya disebut pula sutradara atau pengarah produksi, yaitu penaggung jawab terlaksananya kegiatan roduksi sehingga menghasilkan program siaran televisi yang siap siar.
4. PENULISAN DAN TATA ISTILAH DALAM NASKAH TELEVISI DAN VIDEO
4.1 Penulisan Naskah Televisi dan video
Dewasa ini, berkat pendidikan, pelatihan, dan berkembangnya sikap profesional lembaga penyiaran dituntut tersedianya naskah televisi atau video yang baik. Kkerabat produksi yang prfesiona tidak akan bekerja tanpa naskah televisi yang standar. Sebenarnya naskah televisi dapat diibaratkan bagai jiwa atau darah suatu produksi proram televisi. Bekerja tanpa naskah berarti memprodusi suatu “kekacauan” yang amat mahal biayanya.
Naskah televisi diperukan untuk:
- Memberi kemudahan dalam perencanaan produksi, penyuntingan, penyiaran, dan pemanfaatan program.
- Menjadi medim berfikir kreatif.
- Menjadi sarana seluruh kerabat produksi.
- Menjadi acuan penyusunan jadwal kegiatan.
- Menjadi acuan materi yang akan direkam.
4.2 Penegertian Tata Istilah
menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian tata istilah ialah perangkat pengaturan pembentukan istilah dan kumpulan istilah yang dihasilkannya. Dalam konteks ini, berarti semua peristilahan yang biasa dipergunakan dalam peristilahan.
4.3 Tata Istilah Dalam Pengambilan Gambar
Gambar atau aspek visual dari suatu program televisi atau video yang tampak di layar kaca monitor adalah hasil dari serangkaian pengambilan gambar atau shooting dalam kegiatan rduksi. Berbagai jenis shoot yang perlu dikuasai adalah sebagai berikut:
- Long shot adalah pengambilan gambar secara keseluruhan.
- Wide shot atau wide angle adalah pengambilan gambar secara keseluruhan dan bagian sampingnya terkesan melengkung.
- Medium long shot, bila objeknya orang maka hanya terlihat dari kepala sampai lutut. Bagian-bagian latar belakang terlihat rinci.
- Medium shot, bila objeknya orang maka hanya terlihat dari kepala sampai pinggang. Untuk objek benda dapat terlihat seluruhnya.
- Medium close up atau shot, untuk objek orang tampak kepala sampai dada ke atas. Bila benda tampak seluruh bagiannya.
- Close up atau shot, untuk objek orang tampak wajah. Bila benda tampak seluruh bagiannya.
- Big close up atau shot, bila objeknya orang hanya tampak bagian tertentu, seperti mata dengan bagian-bagian yang terlihat jelas.
- Group shot, pengambilan gambar untuk sekelomok orang.
- Two shot, bila objeknya orang, pengambilan gambar difokuskan kepada dua orang.
- Over shoulder shot, biasanya untuk meliput dua orang yang bercakap-cakap. Pengambilan gambar melalui belakang bahu orang secara bergantian.
Dari tabel jenis-jenis pengambilan gambar tersebut dapat ditambahkan catatam sebagai berikut:
- Pada dasarnya media televisi adalah media close up maka efektifitas penyampaian pesan ialah dengan menggunakan lebih banyak jenis shot close.
- Long shot apa lagi ekstreme long shot sebaiknya tidak digunakan karena kamera televisi berbeda dengan kemera film. Untuk menciptakan awal suatu pengambilan sebagai informasi lokasi dan setting kejadian dapat digunakan LMS.
- MCU, MS, dan MLS adalah jenis pengambilan gambar yang memunyai karakteristik untuk menimbulkan kesan senang dan santai.
- BCU dan GU adalah pengambilan gambar yang cepat memberi kesan tegang, bersungguh-sungguh, serius, dan takut.
Ada beberapa gerakan kamera lagi yang menghasilkan shots lainnya. Hal ini sering disebut gerakan kamera (camera movement).
4.4.1 Gerakan kamera PAN LEFT/RIGHT, yaitu gerakan kamera ke kanan dan kek kiri secara horizontal.
4.4.2 Gerakan kamera TILT UP/DOWN, yaitu gerak bidik kamera yang mengarah ke atas atau ke bawah. Gerakan ini berguna untuk memberikan kesan gedung yang sangat tinggi atau menggambarkan kedalaman yang sangat mengerikan.
4.4.3 Gerakan kamera TRACKING/ DOLLY IN/OUT, yaitu kamera yang terletak di atas penyangga (tripod) bergerak mendekati aatu menjauhi objek.
4.4.4 CRANE SHOT adalah gerakan kamera yang dipasang di atas mesin beroda yang disebut crane, dan bergerak sendiri bersama juru kameranya, baik mendekat maupun menjauhi objek.
4.4.5 FOLLOW adalah gerak kamera yang mengikuti objek yang bergerak searah .
4.4.6 PEDESTAL adalah gerak kamera secara vetikal dengan cara menaikan atau menurunkan kamera.
4.4.7 PULL BACK adalah gerak kamera menjauh secara cepat dari suatu kegiatan atau action.
4.4.8 STOP MOTION adalah pengoprasian kamera sekali tiap satu bingkai.
4.4.9 SWISH PAN adalah gerak kamera secara horizontal dengan cepat sekali mengarah ke satu objek.
Selain gerakan kamera untuk menghasilkan visual yang diingikan dapat pula digunakan manipulasi lensa untuk menghasilkan efek visual tertentu, seperti berikut ini:
- FADE IN atau FADE OUT, yaitu pengoprasia kamera dengan membuka lensa dengan cara perlahan sehingga menghasilkan gambar yang muncul perlahan.
- FOLLOW FOCUS, yaitu denga mengubah focus lensa dari satu posisi objek bergerak ke posisi fokus berikutnya sehingga visual objek di layar tetap tampak tajam.
- SHALLOW FOCUS, yaitu perbedaan ketajaman gambar di layar yang dihasilkan dengan teknik manipulasi lensa kamera.
- ZOM IN/OUT, yaitu manipulasi lensa kamera untuk menghasilkan perubahan gambar secara cepat.
- CRAB LEFT/RIGHT, yaitu gerakan kamera menggeser ke kiri dan ke kanan sehingga menghasilkan sudut yang berbeda dengan pengambilan dari depan.
- HEAD ROOM, yaitu abab-aba sutradara agar juru kamera mengatur posisi gambar sehingga tersedia ruang antara kepala dan garis tepi layar.
- TIGHTER, yaitu abab-aba sutradara kepada juru kamera agar mengubah posisi lensa kamera ke arah pengmbilan yang mendekat ke objek.
Vision mixer adalah petugas produksi yang berada di ruang kontrol dan melaksanakan kegiatan sesuai arahan sutradara dalam hal memadu atau menata penampilan visual di layer televisi. Arahan sutradara adalah sebagai berikut.
- COMING TO ONE, yaitu arahan kepada juru kamera satu agar bersiap-siap mengambil gambar
- CUT TO ONE atau TAKE ONE, yaitu tekan tombol kamera satu agar hasil liputan kamera satu direkam atau ditayangkan.
- MIX TO ONE atau DISSOLVE TO TWO, artinya gambar yang sedang ditayangkan (liputan kamera satu) digabungkan dengan hasil liputan kamera dua secara halus.
- SUPER IMPOSE atau dsingkat SUPERS. Yaitu perpaduan antara dua gambar aau lebih dalm satu bingkai.
- WIPE adalah perintah untuk menghapus gambar di layer dengan cara menumpukkan gambar dari arah samping, atas, bawah, atau diagonal.
- INLAYdalah perintah untuk menampilkan dua gambar.
- FADE TO BLACK/FADE SOUND AND VISION adalah arahan untuk menghentikan gambar dan suara di akhir suatu program dengan perlahan-lahan.
5. PRINSIPPRINSIP PENULISAN NASKAH TELEVISI DAN VIDEO
Beberapa prinsip penulisan nashkan televisi atau video meliputi rancangan atau disain program; bentuk fisik naskah televisi atau video; relasi unsur visual, audio dan isi program; tata tulis naskah.
5.1 Rancangan atau Desai Program
Urut-urutan langkah yang harus ditempu dalam penulisan naskah televise dan video adalah; (1) menetapkan ide atau gagasan, (2) menentukan sasaran program atau konsumen yang akan dituju, (3) merumuskan tujuan program, (4) Membuat garis-garis besar isi program, (5) Penyusunan synopsis, dan (6) Treatmen atau uraian dari urutan kejadian yang akan tampak pada layer televise atau video.
5.2 Bentuk Fisik Naskah Televisi dan Video
bentuk fisik naskah ada dua, yaitu bentuk naskah satu kolom dan naskah dua kolom. Naskah satu kolom penulisan deskripsi unsur audio dan visual tidak dipisahkan. Semua dituliskan berurutan tanpa pemisahan kolom. Sedangkan naskah dua kolom unsur audio dan visual dituliskan terpisah.
5.3 Relasi Antar Unsur Visua dan Audio
Televisi atau video adalah media visual. Melalui media audio visual tersebu pesan yang akan disampaikan kepada sasaran program diolah.
Media televisi dan video adalah keutuhan unsur audio visual dalam menyajikan pesan. Sementara itu hakekat komunikasi adalah menyatukan dua persepsi dari pihak komunikator (penulis) dan pihak komunikan (penonton).
5.4 Tata Tulis Naskah Televivi dan Video
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis naskah televise atau video, baik naskah satu kolom maupun naskah dua kolom adalah judul program dan deskripsi adegan. Judul program dituliskan di bagian tengah atas kertas dengan menggunakan huruf kapital. Deskripsi adegan terdiri dari; (1) indikator tempat, (2) indikator setting, (3) indikator waktu kejadian, (4) Instruksi jenis shot atau gerakan kamera, dan (5) nama tokoh.
6. MACAM-MACAM FORMAT PROGRAM TELEVISI DAN VIDEO
6.1 Berbagai Jenis Program Televisi dan Video
Secara kategorial program televise atau video dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yitu informasi, kebudayaan, pendidikan, dan hiburan.
6.2 Berbagai format Program Televisi dan Video
jika ditinjau dari segi tempat dan waktu produksinya maka diklasifikasikan menjadi (1) program studio, (2) program video atau film yang diproduksi di luar studio. Sementara itu, jika diklasifikasikan berdasarkan jumlah penampil dan alokasi waktu adalah sebagai berikut:
6.2.1 Format program sederhana
Format ini mempunyai beberapa format program, yaitu; (1) Format Talk/Ceramah, (2) Format program video on sound (VOS), (3) Format program diskusi, (4) format program wawancara, (5) format program permainan, (6) format program dokumenter (dokumenter berita, historis, biografi, musik), (7) format program feature, (8) format program majalah, dan (9) format program drama.
7. ALAT BANTU BAGI PENULIS
Hasil karya seorang penulis adalah naskah. Satu hal yang perlu diperhatikan yaitu agar naskah atau scenario jangan menjadi “sebuah kapastok tempat segala kegiatan produksi bergantung. Maksudnya naskah anda terlalu rinci dan spesifik instruksinya sehingga “mudah sekali untuk dibaca dan dipahami”. Masalahnya adalah naskah yang serba rinci akan mematikan kreatifitas sutradara dan kerabat produksinya.
Sebuan naskah nilainya sama dengan suatu alat komunikasi, yaitu memungkinkan pemahaman sejumlah bagian dan spesialis yang berbeda tugas dan fungsinya. Untuk itu naskah dengan format apapun hendaknya berisi semua informasi yang dibutuhkan oleh kelompok-kelompok yang bekerja sama menanganinya menjadi suatu produk.
7.1 Papan Cerita
Papan cerita (storyboard) adalah suatu medium piktorial. Papan cerita dapat dijadikan alat komunikasi yang baik, yaitu menjadi jembatan penyambung antara kat-kata tertulis dengan gambar visual yang bergerak. Papan cerita ada dua macam yaitu papan cerita kartu dan papan cerita dalam lembaran kertas.
8. BERBAGAI MODEL NASKAH
8.1 Beberapa penegertian tentang hal yang berhuungan dengan naskah.
- Scenario, adalah cerita dalam bentuk rangkaian sequence dan adeganadegan namun tidak dalam rincian yang persis. Dapat dikatakn hampir sinonim dengan screenplay.
- Screenplay, adalah garis besar cerita atau bentuk naskah, meskipu jarang merinci car-cara suatu versi perekaman atau shooting.
- Script, sebenarnya manuskrip yang berisi spesifikasi suatu penyajian dalm setiap medim.
- Scene/Adegan, secara teatrikal Scene berarti setiap penambahan atau pengurangan pemain dan akhir suatu adegan.
- Sequence, adalah sekelompok shot dari scenes yang berisi sau uraian besar tentang maksud dan tujuan.
- Shooting script, adalah naskah versi siap produksi yang berisi sudut pengambilan secara rinci dan spesifik serta bagian-bagian kegiatan.
Ada beberapa bentuk pendekatan dalam membuat program Tv/Video documenter. Untuk itu formatnaskahnya pun bukan hanya satu, yaitu; (1) documenter berdasarkan potongan shot, (2) documenter yang didramatisir, dan (3) Dokumenter model intruksional/teknikal.
8.3 Model Naskah Program Televisi dan Video Instruksional
Format ini untuk merekam materi yang dipola dengan rinci. Sehubungan dengan maksudnya, yaitu untuk kegiatan pengjaran maka otentitas dan akurasi perekaman merupakan pegangan pokok. Naskah dalam jenis ini lebih berfungsi sebagai pendikte, bukan pedoman.
8.4 Model Naskah Program Televisi dan Video Teatrikal
Pada dasarnya treatment atau outline program teatrikal adalah cerita ringkas sebanyak10-60 halaman yang menjelaskan alur ide cerita dari awal sampai selesai. Program ini ditulis secara rinci tentang para pelaku atau tokoh cerita.
8.5 Model Naskah Program Televisi Komersial dan Pelayanan Masyarakat
Naskah rogram ini selalu menggunkan model dua kolom. Perbeaan yang ada antarstasiun penyiaran dan antarpusat produksi hanyalah hal menitnya. Sebaliknya model yang digunakan secara universal sama.
Kesimpulan
Buku ini merupakan buku yang sangat menarik untuk dibaca oleh mahasiswa dan juga untuk setiap orang yang ingin terjun dalam dunia entertinment. Melihat semakin berkibarnya tonggak pertelevisian dan semakin diminatinya bidang ini, sepatunyalah kita mengtahui, walaupun mungkin hanya sedikit apa saja yang ada dalam kegiatan produksinya.
Buku ini sangat menarik, namun tetap ada kekurangannya yaitu buku ini kurang banyak memberi gambar yang menjelaskan uraian atau uraian tersebut kurang diberikan contoh. Dalam membuat naskah atau skenario pun kurang diperjelas lagi karena buku ini hanya memberikan contoh bagaimana format dari skenario itu sendiri, sementara penjelasan langkah-langkah dalam pembutan skenario masih kurang.
Tidak ada komentar