Kebangkitan Sektor Manufaktur Diharap Mendukung Kemandirian Ekonomi
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro dalam siaran persnya, Senin (12/06/2017), menuturkan bahwa kebangkitan sektor manufaktur diharapkan mampu mendukung kemandirian ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Jika itu terjadi maka perekonomian nasional tidak lagi tergantung sektor komoditas yang rentan terhadap fluktuasi harga serta gejolak ekonomi global. Industri, lanjutnya, manufaktur menjadi salah satu sektor yang diprioritaskan pemerintah saat ini.
"Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2018, Bappenas sudah menetapkan tiga industri prioritas, yakni pertanian, pengolahan, dan pariwisata. Kenapa pengolahan? Karena kita konsentrasi terhadap kontribusi manufaktur terhadap PDB yang sejak krisis cenderung turun," tuturnya.
Bambang juga menuturkan bahwa Pemerintah Indonesia saat ini juga tengah menggencarkan pembangunan infrastruktur, antara lain pembangunan jalan hingga daerah terpencil, bendungan dan irigasi, rel kereta api, pelabuhan dan bandara yang tujuannya untuk meningkatkan konektivitas, mengurangi kesenjangan antarwilayah, mendukung keseimbangan pembangunan perdesaan dengan perkotaan, serta bisa menekan biaya ekonomi yang tinggi. Tujuan lainnya adalah terciptanya pemerataan hasil pembangunan infrastruktur melibatkan sektor koperasi dan UMKM.
Bambang menegaskan, dengan disematkannya peringkat investment grade pada Indonesia, berarti akan ada arus investasi potensial senilai US$100-200 miliar yang bisa masuk ke Indonesia. Potensi investasi tersebut seharunya bisa dimanfaatkan oleh industri manufaktur melalui penanaman modal langsung. Pemerintah juga terus memperbaiki tingkat kemudahan berusaha (ease of doing business) di Indonesia yang saat ini sudah membaik dari peringkat 106 pada 2016 menjadi peringkat 91 pada 2017.
Menurut dia, industri manufaktur Indonesia juga harus disiapkan untuk ambil bagian sebagai pemasok kebutuhan global. Indonesia juga harus masuk ke dalam sistem perdagangan dunia serta mengikuti kebutuhan manufaktur dunia, hingga akhirnya mampu menjadi bagian dari supply chain global.
"Caranya, dengan memfokuskan sektor manufaktur Indonesia agar mampu memproduksi barang-barang yang dibutuhkan oleh pasar global dengan menjaga kualitas terbaik," tegas Bambang.
Bambang pun yakin bahwa suatu negara baru bisa menjadi negara industri manufaktur yang tangguh jika memiliki kekuatan di dua industri dasar, yakni industri besi baja dan industri petrokimia. Selain kedua industri tersebut, lanjut dia, beberapa sektor manufaktur yang bisa dikembangkan, di antaranya adalah manufaktur berbasis sumber daya alam, manufaktur penyerap angkatan kerja, manufaktur yang berorientasi pada konsumsi consumer goods, dan otomotif.
Pemerintah Indonesia optimistis sektor industri mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 16,57 juta pada Februari 2017 atau naik 600 ribu dibandingkan posisi Februari 2016. Sedangkan, kontribusinya terhadap PDB pada triwulan I-2017 mencapai 20,47 persen. Industri manufaktur (pengolahan) tumbuh 0,91 persen atau menjadi sumber pertumbuhan tertinggi yang diikuti pertanian, kehutanan, dan perikanan, sebagaimana dilaporkan Antara.
[right-side]
Tidak ada komentar